Ketika Pemerintah Sibuk Berwacana, Anak - Anak SDN 08 Kempo Belajar Dibawah Langit Terbuka

Dorobata News
By -
0



Kempo , Dorobatanews.net ~ Di tengah terik matahari yang menyengat, suara anak-anak SDN 08 Kempo tetap riuh membaca pelajaran. Namun yang membuat hati terenyuh bukan semangat mereka, melainkan tempat mereka belajar. bukan di dalam ruang kelas, melainkan di bawah langit terbuka, beralaskan tanah dan beratapkan awan.


Inilah potret nyata dunia pendidikan di pelosok negeri tahun 2025, ketika janji pembangunan masih terlalu sering berhenti di atas kertas.


Sekolah dasar ini telah mengajukan usulan penambahan ruang kelas sejak Musrenbang 2024. Semua dokumen lengkap, semua prosedur ditempuh. Namun satu tahun berlalu, tidak ada kejelasan, tidak ada tindak lanjut. Yang tersisa hanya harapan yang makin menipis dan anak-anak yang setiap hari menantang panas serta debu demi belajar.


Antara Wacana dan Realita


Ketika pemerintah sibuk bicara visi besar pendidikan, realitas di SDN 08 Kempo bercerita lain. Sebanyak 240 siswa terdiri dari 119 laki-laki dan 121 perempuan harus berebut ruang belajar. Sebagian berdesakan di ruang sempit yang hampir roboh, sebagian lainnya duduk di luar ruangan dengan meja seadanya, diterpa angin, dan terkadang hujan.


Ironisnya, kondisi ini bukan karena kurangnya semangat, melainkan karena ketidakmampuan negara memenuhi kewajibannya menyediakan ruang belajar yang layak.


"Anak-anak tetap datang setiap hari. Mereka tidak pernah mengeluh. Tapi kami, para guru, merasa bersalah karena tidak bisa memberi tempat belajar yang nyaman," tutur Junaidin, S.Pd, Kepala Sekolah SDN 08 Kempo, dengan nada getir.


Guru-Guru yang Tak Menyerah


Di sekolah ini, ada 32 tenaga pendidik dan pegawai yang terus berjuang di tengah keterbatasan:


-  4 PNS,

-  11 P3K,

-  15 guru honorer,

-  2 staf administrasi,

dan 1 penjaga sekolah.


Mereka bukan hanya mengajar, tapi juga menjadi tukang, pelindung, bahkan terkadang orang tua kedua bagi murid-murid mereka. Setiap hari, mereka berusaha menyalakan semangat belajar anak-anak meski fasilitas di depan mata tidak cukup untuk disebut layak.


"Kami sudah sampaikan usulan berkali-kali melalui mekanisme resmi," jelas Awaludin H. Akader, Ketua Komite Sekolah. "Tapi suara kami seperti hilang ditelan birokrasi. Tidak ada tanggapan yang pasti."


Musrenbang. Antara Seremonial dan Harapan yang Pupus


Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) seharusnya menjadi forum strategis yang menentukan arah pembangunan daerah. Namun di banyak tempat, forum ini berubah menjadi ritual tahunan tanpa makna nyata.


SDN 08 Kempo adalah contoh paling telanjang dari betapa lemahnya keberpihakan pemerintah pada pendidikan dasar. Ketika proposal pembangunan ruang kelas tak kunjung disetujui, publik berhak bertanya. apa sebenarnya yang diprioritaskan pemerintah?


Apakah membangun taman kota dan gapura lebih penting daripada memastikan anak-anak punya tempat belajar yang aman dan nyaman?


Lebih dari Sekadar Bangunan


Masalah SDN 08 Kempo bukan sekadar persoalan teknis atau anggaran. Ia adalah cermin retak dari sistem yang kehilangan arah.

Setiap hari yang berlalu tanpa solusi berarti satu hari pendidikan yang hilang. Dan setiap anak yang belajar di bawah panas matahari adalah simbol kegagalan kita bersama.


Anak-anak itu bukan angka statistik dalam laporan pembangunan. Mereka adalah masa depan calon guru, perawat, petani, dan pemimpin daerah ini kelak. Jika hari ini mereka dibiarkan belajar di bawah pohon, bagaimana mereka bisa bermimpi menjadi penopang masa depan Kempo dan Dompu?


Seruan untuk Bertindak


Editorial ini berdiri pada satu seruan tegas.

Pemerintah tidak boleh lagi menunda.


Tambahan ruang kelas untuk SDN 08 Kempo harus menjadi prioritas utama.

Bukan besok.

Bukan bulan depan.

Sekarang.


Karena setiap menit yang dihabiskan anak-anak itu di bawah langit terbuka adalah bukti kelalaian negara terhadap amanat konstitusi. mencerdaskan kehidupan bangsa.


Pendidikan bukan wacana.

Ia adalah tindakan nyata.

Dan tindakan itu seharusnya sudah dimulai kemarin. (DT - Agus).



Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)