Dalam unggahan yang kini ramai dibicarakan, Bukhari menuliskan bahwa proyek-proyek besar yang menjanjikan kesejahteraan justru kerap meninggalkan jejak penderitaan panjang. Suasana kian memanas ketika ia menyinggung soal dugaan kelalaian institusi negara yang dinilai publik lamban merespons berbagai gejolak perizinan dan dampak lingkungan.
"Januari sudah di depan mata, tapi laporan dan tanggung jawab terus ditutup-tutupi. BPK sibuk ngeles, kementerian goyah, masyarakat makin kecewa. Masihkah PT STM merasa baik-baik saja di tengah duka negeri?" tulisnya dalam nada getir dan penuh kemarahan moral.
Tagar Geothermal Untuk Siapadan Misi Kerakusan STM semakin menegaskan jurang ketidakpercayaan antara warga dan para pemangku kepentingan.
Sorotan Publik. Bagaimana Kabar Geothermal PT STG? Masih Aman-Aman Saja?
Selain STM, publik juga menyorot proyek geothermal yang dijalankan entitas lain seperti PT STG. Kekhawatiran muncul dari warga terkait transparansi, konsultasi publik, serta potensi dampak ekologis yang menurut para pengkritik sering kali tidak dikomunikasikan secara jelas.
Meski demikian, sampai saat ini belum ada laporan resmi yang menyatakan adanya kondisi darurat. Namun opini publik tetap panas, karena masyarakat merasa bahwa proyek-proyek raksasa sering berjalan lebih cepat dibanding dialog yang seharusnya mendahuluinya.
Gelombang Kekecewaan Nasional.
Kritik yang dilontarkan Bukhari sebenarnya mencerminkan sentimen yang lebih luas. kekecewaan terhadap proses tata kelola sumber daya alam yang dianggap publik terlalu sering mengulang pola lama minim keterbukaan, minim pelibatan warga, dan penuh janji manis yang tak selalu terbukti.
Dalam narasi publik, kementerian yang berwenang dianggap mulai kehilangan kepercayaan karena dinilai lebih sibuk menangkis kritik daripada menjawab kegelisahan masyarakat.
Pernyataan Penutup ala Bukhari. "Ketika tanah retak dan air menghilang, perusahaan pergi setelah mengeruk, lalu kami yang tertinggal menanggung derita. Kalian datang membawa proposal kesejahteraan, tapi yang tertinggal hanyalah cerita pahit yang tak pernah selesai. Indonesia sedang berduka dan kalian tetap merasa baik-baik saja?" (DT - 001).

Posting Komentar
0Komentar