Bangkitkan Literasi Dompu! PT. TIGA PILAR DOMPU Dan Komunitas Golden generation Perangi Buta Aksara Di Tingkat SMP

Dorobata News
By -
0


Doc. Khaerul Akbar Direktur PT Tiga pilar Dompu.


Dompu, Dorobatanews.net ~ 
Dalam upaya memerangi buta aksara yang masih membelenggu pelajar tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB), Direktur PT. TIGA PILAR DOMPU, Khaerul Akbar  yang akrab disapa Bang Akbar meluncurkan program sosial berbasis pendidikan yang mengusung misi mulia.  Memberantas buta aksara dan meningkatkan literasi pelajar SMP secara mandiri.


Program ini menjadi bagian dari visi komunitas Golden Generation, sebuah gerakan sosial yang digagas Bang Akbar dan mendapat dukungan penuh dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kabupaten Dompu. Kepala Dikpora, Drs. H. Rifaid, M.Pd,.  secara terbuka menyatakan dukungannya terhadap langkah berani yang diambil oleh PT. TIGA PILAR DOMPU.


Langkah Nyata PT. TIGA PILAR DOMPU 


PT. Tiga Pilar Dompu selama ini dikenal sebagai perusahaan penyedia buku, alat tulis kantor (ATK), dan elektronik untuk wilayah Kabupaten Dompu. Namun kini, perusahaan tersebut menjelma menjadi penggerak perubahan sosial di bidang pendidikan.


Program pemberantasan buta aksara ini telah diterapkan di sejumlah sekolah di Kecamatan Dompu, dengan SMP Negeri 04 Dompu sebagai salah satu pilot project pertama. Program ini berjalan secara independen, tanpa pembiayaan dari APBD daerah. Semua operasional ditanggung oleh PT. TIGA PILAR DOMPU sebagai bentuk kepedulian sosial dan investasi jangka panjang untuk masa depan generasi muda.


Bang Akbar menuturkan bahwa awal mula ide program ini muncul ketika ia menyaksikan berbagai laporan di media sosial  mulai dari Facebook, Instagram, hingga YouTube yang menunjukkan bahwa masih ada pelajar tingkat SMP dan bahkan SMA yang belum mampu membaca dengan baik. "Awalnya saya tidak percaya," ujar Bang Akbar. "Tapi ketika saya turun langsung ke beberapa sekolah, termasuk di Kecamatan Woja, saya benar-benar melihat kenyataan pahit itu. Bahkan ada sekolah besar yang siswanya masih belum bisa membaca."


Strategi Inovatif. Kurikulum Alternatif dan Tim Psikolog


Berangkat dari temuan tersebut, PT. TIGA PILAR DOMPU membentuk tim khusus yang terdiri dari psikolog, sosiolog, serta praktisi pendidikan. Tim ini bekerja sama dengan sekolah-sekolah untuk melakukan pendekatan berbeda. Salah satunya adalah pengembangan kurikulum internal yang tidak langsung menekankan pada materi pelajaran, melainkan pendekatan psikologis dan sosial melalui video, gerakan, dan observasi.


Tahapan pertama dari program ini dilakukan selama satu bulan penuh, dimulai dengan membangun rapor pendekatan siswa sebelum masuk ke materi ajar. Tidak hanya berfokus pada siswa, program ini juga menyasar orang tua siswa melalui kegiatan home visit dan konsultasi. Pendekatan dua arah ini bertujuan agar proses belajar mengajar berjalan tidak hanya di sekolah, tapi juga di lingkungan keluarga.


Dukungan dari Sekolah dan Pemerintah


Respons dari kepala sekolah dan para guru pun positif. Salah satu sekolah bahkan membentuk tim internal pemberantasan buta aksara untuk mendukung program ini secara berkelanjutan. Kadis Dikpora, H. Rifaid, menyambut baik inisiatif ini dan mempersilakan program untuk dijalankan secara lebih luas di seluruh kabupaten.


Menurut Bang Akbar, program ini bukan sekadar aksi sosial, melainkan cita-cita kolektif untuk menciptakan Golden Generation Dompu yang melek literasi, berwawasan luas, dan siap bersaing di masa depan.


"Ini adalah investasi masa depan. Kalau hari ini kita tidak bergerak, maka sepuluh tahun ke depan kita akan kehilangan satu generasi," tegasnya.


Rencana Ekspansi dan Harapan Masa Depan


Setelah sukses di beberapa sekolah di Kecamatan Dompu, PT. TIGA PILAR DOMPU kini bersiap meluncurkan fase kedua program ini di Kecamatan Woja, dimulai pada Januari mendatang. Target jangka panjangnya adalah seluruh SMP di Kabupaten Dompu.


Ambisi pribadi Bang Akbar selaku direktur perusahaan tidak muluk-muluk. Ia hanya ingin pendidikan menjadi alat perubahan sosial yang sesungguhnya. "Sekolah seharusnya tidak hanya memilih produk, tapi memilih solusi. Fokus kami adalah pada siswa-siswa yang menjadi korban sistem, yang karena kuota zonasi atau kurangnya verifikasi akhirnya terlewat dan tidak bisa baca. Ini PR kita semua," ujarnya.


Menurut tim psikolog yang bekerja sama dengan program ini, sistem zonasi dan seleksi yang tidak mempertimbangkan kemampuan dasar seperti membaca telah menjadi salah satu penyebab kenapa anak-anak buta aksara bisa ‘lolos’ masuk ke jenjang pendidikan lebih tinggi tanpa kesiapan akademik yang memadai.


Dengan dukungan semua pihak mulai dari pemerintah, sekolah, guru, orang tua, hingga komunitas sosial  program pemberantasan buta aksara dari PT. TIGA PILAR DOMPU menjadi contoh nyata bahwa dunia usaha juga bisa memainkan peran strategis dalam dunia pendidikan.


Gerakan ini bukan hanya tentang membaca dan menulis, melainkan tentang memberikan kesempatan yang setara bagi setiap anak untuk meraih masa depan yang lebih baik.


"Kita ingin melihat Dompu sebagai kabupaten literasi. Kita ingin Golden Generation menjadi kenyataan, bukan hanya jargon," pungkas Bang Akbar dengan penuh harap. (DT - Jun).



Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)