TEGASKAN SIKAP! WARTAWAN DOMPU BERSATU, PT STM HINA PRIVASI DAN INTEGRITAS PERS, KOMUNIKASI SEPIHAK HARUS DIHENTIKAN

Dorobata News
By -
0




Dompu, Dorobatanews.net ~ 
Suasana kebatinan para jurnalis di Kabupaten Dompu kembali memanas. Kali ini, kekecewaan itu tidak bisa lagi dibendung. PT Sumbawa Timur Mining (STM), sebuah perusahaan tambang besar yang sedang dalam proses memperpanjang izin eksplorasi di wilayah ini, dituding secara terang - terangan melecehkan etika kemitraan dan menghina independensi wartawan dengan pola komunikasi yang sepihak dan eksklusif.


Pemicunya adalah rencana penyelenggaraan turnamen futsal oleh PT STM pada Agustus mendatang. Namun, yang semula dianggap sebagai kegiatan sosial biasa, kini memantik gelombang kritik tajam dari komunitas pers lokal. Pasalnya, kegiatan tersebut dinilai hanya melibatkan satu organisasi media tertentu, tanpa memberi ruang kepada organisasi wartawan lainnya yang juga sah dan aktif berkontribusi di Dompu.


"PT STM telah menabur benih perpecahan"


Yosudaryo, atau yang lebih dikenal sebagai Bang Yos - wartawan senior dan figur sentral di organisasi Wartawan Dompu Bersatu (WDB) - secara terbuka menyampaikan kekecewaannya. Menurutnya, sikap STM yang hanya menjalin komunikasi dengan satu kelompok media mencerminkan praktik diskriminatif yang tidak bisa dibiarkan.


"Kami melihat PT STM seperti menutup mata dan telinga terhadap eksistensi jurnalis lainnya. Ini bukan sekadar soal futsal - ini soal penghormatan terhadap peran media sebagai pilar demokrasi. Kalau pola komunikasi seperti ini dibiarkan, ini bisa menghancurkan soliditas kami sebagai komunitas pers,” tegas Bang Yos.


Lebih jauh, ia menyebut langkah STM sebagai bentuk kooptasi media, dengan pendekatan yang hanya menyenangkan satu pihak, tapi sekaligus meremehkan banyak pihak lainnya. Menurutnya, tindakan STM tersebut tidak hanya mencoreng martabat profesi wartawan, namun juga berpotensi menciptakan friksi serius di internal komunitas jurnalis Dompu.


"PT STM harus dievaluasi secara menyeluruh"


Suara senada datang dari Syamsuddin AG, salah satu jurnalis aktif Dompu yang menyayangkan sikap PT STM yang terus mengulang pola komunikasi yang tertutup dan pilih kasih. Ia menilai langkah STM tersebut justru bisa memecah belah komunitas media yang selama ini menjunjung tinggi semangat kolaborasi dan sinergi.


"Jika PT STM ingin benar - benar bermitra dengan media, mereka harus mengubah pendekatannya secara fundamental. Bukan seperti sekarang, yang hanya mengakomodasi satu kelompok, dan mengabaikan sisanya. Ini bentuk arogansi korporasi yang membahayakan ekosistem pers lokal,"  tegas Syamsuddin.


Ia bahkan menyebut bahwa kegiatan seperti turnamen futsal hanyalah "gula - gula" pencitraan, yang digunakan sebagai alat kooptasi media tertentu demi mengamankan citra perusahaan - terlebih di tengah proses perpanjangan izin eksplorasi yang sedang berjalan. Hal ini tentu saja mencurigakan dan patut diwaspadai.


Pernyataan sikap dan mosi tidak percaya menggema 


Sebagai bentuk protes, beberapa media dan organisasi jurnalis telah menyusun dan meluncurkan pernyataan sikap resmi terhadap PT STM. Dalam dokumen tersebut, mereka menyuarakan  mosi tidak percaya terhadap manajemen komunikasi perusahaan yang dinilai tidak transparan, tidak profesional, dan cenderung merusak prinsip kebebasan pers.


Organisasi seperti Wartawan Dompu Bersatu (WDB), dan lainnya menuntut PT STM:


1. Menghentikan segala bentuk komunikasi eksklusif dan diskriminatif.

2. Membuka ruang dialog inklusif dengan seluruh organisasi media di Dompu.

3. Menunjukkan itikad baik dalam membangun kemitraan sejajar dan transparan.

4. Meminta maaf secara terbuka atas praktik komunikasi sepihak yang telah berlangsung.


“Kalau PT STM ingin memperpanjang izin eksplorasi di wilayah ini, maka mereka wajib menunjukkan komitmen terhadap tata kelola komunikasi yang adil dan terbuka. Tidak bisa hanya bersandar pada pencitraan,”lanjut Bang Yos dalam nada keras.


Jurnalis, Kami bukan objek, kami Mitra Kritis 


Wartawan Dompu ingin menegaskan bahwa mereka bukan alat legitimasi korporasi. Mereka adalah mitra kritis yang memiliki hak untuk diperlakukan secara profesional, bukan sebagai pihak yang hanya ‘dilibatkan’ saat dibutuhkan untuk pencitraan semata.


"Ini bukan soal kegiatan olahraga, ini soal prinsip. Jika mereka meremehkan wartawan hari ini, besok mereka bisa meremehkan masyarakat,"tutup Syamsuddin.


Wartawan Dompu Bersatu menyerukan bahwa jika PT STM tidak segera memperbaiki pola komunikasi dan menghentikan sikap diskriminatif, maka mereka siap untuk melakukan aksi kolektif, termasuk boikot pemberitaan hingga tuntutan moratorium terhadap izin eksplorasi.


Saat jurnalis bersuara satu, maka yang dipertaruhkan bukan hanya profesi - tapi juga integritas demokrasi lokal. PT STM, dengarlah suara ini. (DT - 001).



Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)