Kempo, DorobataNews.net ~ Harapan akan masa depan yang lebih baik bagi masyarakat pesisir Desa Soro Barat, Kecamatan Kempo, Kabupaten Dompu, mulai muncul dari lautnya sendiri. Perairan Teluk Saleh yang membentang luas dan tenang, kini menjadi sorotan sebagai habitat alami salah satu spesies laut paling ikonik di dunia: hiu paus (Rhincodon typus). Upaya pengembangan wisata berbasis konservasi dengan menjadikan hiu paus sebagai daya tarik utama tengah digalakkan di wilayah ini, dan menjadi simbol penting bagi masa depan pariwisata berkelanjutan.
Wilayah administratif pengembangan wisata hiu paus ini meliputi tiga desa, yakni Desa Soro Timur dan Desa Soro Barat di Kecamatan Kempo, serta Desa Sori Tatanga di Kecamatan Pekat. Potensi besar yang dimiliki kawasan ini telah menarik perhatian berbagai pihak, mulai dari pemerintah daerah, kelompok nelayan, hingga lembaga konservasi seperti Yayasan Konservasi Indonesia (YKI).
Namun, potensi sebesar apapun tidak akan berarti jika tidak dikelola secara tepat dan berkelanjutan. Oleh karena itu, sinergitas antara semua pemangku kepentingan menjadi kunci utama untuk menjaga keseimbangan antara pemanfaatan wisata dan pelestarian ekosistem laut.
Keterlibatan Aktif Pemerintah Desa Jadi Penentu
Ketua Dewan Pimpinan Cabang Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (DPC HNSI) Kabupaten Dompu, Muhammad Syafi’i, S.Pi, menegaskan bahwa salah satu tantangan utama dalam pengembangan wisata hiu paus adalah minimnya koordinasi antar pihak, khususnya antara pemerintah desa dengan lembaga konservasi.
"Selama ini di Soro Barat belum banyak diketahui oleh pihak yayasan karena kurangnya koordinasi dari pemerintah desa. Padahal, peran desa sangat penting dalam mendukung kegiatan konservasi yang digagas oleh pemerintah dan lembaga terkait," ujarnya saat ditemui di sela kegiatan penyuluhan kelautan.
Syafi’i menekankan bahwa keberadaan hiu paus harus dipahami bukan hanya sebagai daya tarik wisata, melainkan sebagai aset ekologis yang harus dijaga. Menurutnya, jika dikelola dengan bijak, hiu paus dapat memberikan manfaat ekonomi langsung kepada masyarakat, khususnya nelayan lokal, tanpa merusak habitatnya.
Ini soal keseimbangan. Kita tidak bisa hanya mengejar keuntungan wisata tanpa memikirkan dampaknya terhadap laut. Hiu paus ini makhluk yang luar biasa, dan kehadirannya bisa membawa berkah jika kita kelola dengan bijak, tambahnya.
Suara Nelayan. Menjaga Laut, Menjaga Kehidupan
Dari sisi masyarakat nelayan, harapan besar mengemuka agar potensi wisata hiu paus dapat memberikan dampak nyata bagi peningkatan ekonomi masyarakat. Namun, mereka juga menyuarakan kekhawatiran akan ancaman terhadap habitat laut jika tidak diatur dengan baik.
"Hiu paus ini punya peran penting di laut. Kita ingin wisata ini tetap berjalan tapi jangan sampai merusak tempat hidupnya," tutur salah satu nelayan Soro Barat yang telah puluhan tahun melaut di Teluk Saleh.
Menurutnya, aktivitas wisata yang tidak terkontrol bisa mengganggu siklus hidup hiu paus dan merusak ekosistem lainnya seperti terumbu karang dan plankton yang menjadi sumber makanan utama satwa tersebut.
Peran Perempuan Pesisir dalam Konservasi
Tidak hanya nelayan laki-laki yang menyuarakan dukungan terhadap program konservasi ini. Ketua Himpunan Wanita Nelayan (HWN) Desa Soro Barat, Ibu Ati, turut menyampaikan pandangan dari perspektif perempuan pesisir yang selama ini hidup berdampingan dengan laut.
"Pada intinya kami, masyarakat nelayan Desa Soro Barat, menerima adanya konservasi di Teluk Saleh. Karena kita tahu ekosistem laut seperti terumbu karang dan mangrove sudah hampir punah. Harapan kami dengan adanya konservasi ini, ikan-ikan bisa tumbuh dan berkembang kembali, sehingga pendapatan nelayan juga bisa meningkat," ungkapnya penuh semangat.
Menurut Ibu Ati, keterlibatan perempuan dalam program konservasi juga penting. Ia menilai bahwa edukasi tentang pentingnya menjaga laut perlu merata, tidak hanya untuk nelayan tetapi juga untuk keluarga mereka.
"Kami para ibu-ibu juga ingin dilibatkan dalam pelatihan atau sosialisasi. Karena kami juga yang mengelola hasil laut di rumah, dan kami bisa mendidik anak-anak untuk lebih peduli pada lingkungan," tambahnya.
Membangun Masa Depan Wisata Berbasis Alam
Program wisata hiu paus di Soro Barat bukan hanya soal mendatangkan turis atau menciptakan atraksi baru. Lebih dari itu, program ini menjadi titik tolak untuk membangun pariwisata yang berpihak pada kelestarian lingkungan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kolaborasi antara masyarakat, pemerintah desa dan kabupaten, serta dukungan dari lembaga konservasi seperti YKI sangat diperlukan untuk menyusun regulasi, standar operasional, hingga pemberdayaan masyarakat lokal.
Jika dikelola dengan benar, Soro Barat dan Teluk Saleh dapat menjadi contoh sukses dari pengembangan ekowisata di Indonesia sebuah model wisata berbasis alam yang tidak hanya menawarkan keindahan, tetapi juga menjaga harmoni antara manusia dan laut.
"Kami ingin wisata ini bukan hanya untuk hari ini. Tapi untuk anak cucu kita juga. Laut ini harus tetap lestari, dan kita semua punya tanggung jawab menjaganya," pungkas Syafi’i. (DT - Agus).
Posting Komentar
0Komentar