Dompu , Dorobatanews.net ~ Di tengah gencarnya kampanye pemerataan pendidikan, kenyataan pahit justru dialami SDN 19 Kempo yang berlokasi di Jalan Ngeha Ngara, Dusun Saleko, Desa Ta’a, Kecamatan Kempo, Kabupaten Dompu. Sekolah dasar ini kini berada di ambang kehancuran. Tiga ruang kelas mengalami kerusakan berat. atap bocor, kayu penyangga lapuk, dan dinding retak hampir di setiap sudut.
Suasana belajar di sekolah itu kini tak ubahnya seperti berjudi dengan keselamatan. Setiap kali angin kencang bertiup, guru dan murid terpaksa berhenti belajar karena takut atap runtuh.
Lebih menyedihkan lagi, fasilitas sanitasi di sekolah ini mati total. WC sudah lama tidak bisa digunakan. Akibatnya, para guru dan murid terpaksa menempuh jarak ratusan meter menuju sungai terdekat hanya untuk buang air. Kondisi ini bukan sekadar mengganggu kenyamanan, tapi juga melanggar prinsip kebersihan dan kesehatan lingkungan sekolah.
Kondisi Memprihatinkan yang Diabaikan
Kerusakan di SDN 19 Kempo bukanlah hal baru. Warga dan pihak sekolah mengaku sudah berulang kali melapor ke pemerintah desa, kecamatan, hingga Dinas Pendidikan Kabupaten Dompu. Namun, tanggapan yang diterima hanya berupa janji perbaikan tanpa realisasi nyata.
"Sudah beberapa kali kami mengirim surat dan dokumentasi kerusakan. Tapi sampai sekarang, belum ada tim yang turun langsung ke lapangan," ujar salah satu guru yang enggan disebutkan namanya.
Kondisi ini membuat masyarakat Desa Ta’a merasa kecewa dan marah. Mereka menilai pemerintah daerah seolah menutup mata terhadap penderitaan dunia pendidikan di wilayah pelosok.
"Kalau sekolah ini dibiarkan ambruk, bagaimana nasib anak-anak kami? Mereka belajar di bawah ancaman bangunan roboh. Ini bukan hanya soal fasilitas, tapi soal masa depan generasi muda desa ini," kata seorang warga setempat.
Seruan Tindakan Cepat untuk Pemerintah
Melihat kondisi yang kian parah, publik mendesak agar pemerintah tidak lagi menunda-nunda tindakan. Pemerintah Desa Ta’a, Kecamatan Kempo, hingga Dinas Pendidikan Kabupaten Dompu diminta segera turun tangan.
Penanganan cepat yang diharapkan meliputi:
1. Kunjungan lapangan langsung untuk menilai tingkat kerusakan tanpa menunggu laporan lanjutan.
2. Penetapan status darurat sekolah agar proses rehabilitasi bisa dipercepat.
3. Penganggaran khusus yang transparan dan tidak berbelit dalam birokrasi.
4. Kerja sama lintas pihak, mulai dari desa, komite sekolah, hingga masyarakat setempat, agar proses perbaikan bisa dilakukan secara gotong royong.
Harapan Kepala Sekolah. "Kami Hanya Ingin Tempat Belajar yang Aman"
Kepala SDN 19 Kempo mengaku setiap hari menjalani rutinitas penuh kekhawatiran. Ia bersama para guru berusaha tetap semangat mengajar di tengah situasi sulit, namun rasa takut tidak bisa disembunyikan.
"Kami bukan meminta kemewahan, kami hanya ingin ruang belajar yang aman bagi anak-anak. Setiap kali masuk kelas, kami cemas karena atap bisa jatuh kapan saja," ungkapnya lirih.
"Semoga laporan ini tidak hanya dicatat di atas meja, tapi benar-benar ditindaklanjuti. Anak-anak Desa Ta’a berhak merasakan sekolah yang layak seperti anak-anak di kota."
Masa Depan Anak-Anak yang Menunggu Kepedulian
SDN 19 Kempo adalah simbol kecil dari wajah pendidikan di pelosok Indonesia sekolah yang berdiri di tengah keterbatasan, namun tetap menjadi harapan bagi ratusan anak untuk meraih cita-cita.
Membiarkan sekolah seperti ini hancur berarti membiarkan semangat generasi muda ikut roboh bersama temboknya. Kini, semua mata tertuju pada pemerintah daerah Dompu: apakah mereka akan bergerak cepat, atau kembali membiarkan harapan itu runtuh satu demi satu. (DT - Agus).

Posting Komentar
0Komentar