PT. TIGA PILAR DOMPU Bangkitkan Semangat Membaca! Gerakan Literasi Dompu Libatkan Dunia Industri Dan Komunitas

Dorobata News
By -
0



        Doc. Direktur PT. Tiga Pilar Dompu                         .Khaerul Akbar,.

Dompu, Dorobatanews.net ~ Di tengah tantangan dunia pendidikan yang kian kompleks, secercah harapan muncul dari tanah Dompu, Nusa Tenggara Barat. Sebuah inisiatif luar biasa dipelopori oleh Direktur PT Tiga Pilar Dompu, Khaerul Akbar  sosok visioner yang akrab disapa Bang Akbar dalam upaya memberantas buta aksara di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).


Dengan semangat "Bangkitkan Literasi Dompu!", PT Tiga Pilar Dompu bersama komunitas pendidikan Golden Generation hadir sebagai agen perubahan. Mereka tidak hanya mendistribusikan buku, alat tulis, dan perangkat elektronik ke sekolah-sekolah, namun juga menyentuh aspek terdalam dari dunia pendidikan. pendekatan manusiawi, sosial, dan psikologis kepada siswa dan keluarga mereka.


Langkah Mandiri, Bukan Sekadar Program Bantuan


Berbeda dari inisiatif lain yang bergantung pada dana pemerintah, program ini digerakkan secara mandiri dan independen, bahkan pendanaannya berasal dari kantong pribadi sang direktur. Langkah ini menunjukkan komitmen tinggi PT Tiga Pilar terhadap pendidikan, sekaligus menjadi contoh sinergi positif antara sektor swasta dan masyarakat.


"Ini bukan sekadar proyek CSR. Ini adalah misi sosial, misi kemanusiaan. Anak-anak kita tidak boleh dibiarkan buta huruf di era digital ini," ungkap Bang Akbar dalam wawancara khusus.


Dukungan pun mengalir. Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Dompu, menyambut positif gerakan ini. Ia menilai bahwa PT Tiga Pilar telah menunjukkan kepedulian yang tulus terhadap nasib pendidikan di daerah.


Fakta Mencengangkan. Buta Aksara Masih Merajalela


Semua berawal dari rasa penasaran. Bang Akbar kerap melihat unggahan di media sosial mengenai rendahnya minat baca dan kemampuan literasi anak-anak. Namun ia tak puas hanya menjadi penonton. Ia turun langsung ke lapangan  dan kenyataan yang ditemuinya sungguh mencengangkan.


"Saya melihat dengan mata kepala sendiri, ada anak-anak SMP yang belum bisa membaca. Bahkan ada yang belum kenal huruf sama sekali," ungkapnya dengan nada prihatin.


Yang lebih mengejutkan, kondisi ini tidak hanya ditemukan di sekolah-sekolah terpencil. Beberapa sekolah besar di pusat kota pun menghadapi masalah serupa. Realita ini menjadi alarm keras bahwa buta aksara bukan sekadar persoalan akses, tapi juga metode pendekatan pendidikan.


Pailit Project. Gerakan Penyelamatan Anak dari Keterpurukan Literasi


Menyadari bahwa ini bukan masalah kecil, PT Tiga Pilar membentuk sebuah gerakan khusus yang dinamakan "Pailit Project". Nama ini bukan tanpa makna. menggambarkan kondisi "pailitnya" semangat dan kemampuan dasar literasi di kalangan siswa yang seharusnya sudah mampu membaca dan menulis.


Pailit Project dijalankan oleh tim multidisiplin  terdiri dari psikolog, sosiolog, relawan pendidikan, dan aktivis literasi lokal. Program ini tidak langsung mengajarkan membaca, tetapi lebih dahulu membangun kepercayaan diri, pola pikir, dan motivasi belajar siswa.


Di SMP Kabupaten Dompu, yang menjadi lokasi percontohan, pendekatan awal dilakukan melalui media interaktif seperti video edukatif, diskusi terbuka, hingga sesi konseling pribadi. Dalam satu minggu pertama, fokus utama bukan pada pelajaran, tapi pada pemulihan mental dan kepercayaan diri anak-anak.


"Anak-anak ini sebenarnya cerdas. Mereka hanya belum disentuh dengan cara yang tepat," tegas salah satu psikolog dari tim.


Membawa Literasi ke Rumah. Home Visit dan Pendekatan Keluarga


Keunikan lain dari program ini adalah strategi kunjungan rumah (home visit). Relawan datang langsung ke rumah siswa yang mengalami buta aksara, tidak hanya untuk mengajar, tetapi juga untuk berdialog dengan orang tua.


"Kadang kami harus menyadarkan orang tuanya terlebih dulu. Banyak yang tidak tahu bahwa anaknya belum bisa membaca," cerita seorang relawan Golden Generation.


Kegiatan home visit ini disambut hangat oleh masyarakat. Orang tua merasa dihargai dan diberdayakan, bukan dihakimi. Mereka diberi pemahaman bahwa proses belajar bukan hanya tanggung jawab guru, tapi juga lingkungan keluarga.


Dari Satu Sekolah Menuju Seluruh Kabupaten


Melihat keberhasilan awal program ini, PT Tiga Pilar Dompu berencana melakukan ekspansi ke seluruh SMP di Kabupaten Dompu. Tahap kedua dari Pailit Project dijadwalkan dimulai awal Januari mendatang, dimulai dari beberapa sekolah di Kecamatan Dompu, yang juga menjadi salah satu daerah dengan tingkat literasi yang memprihatinkan.


Golden Generation sebagai komunitas penggerak utama memiliki misi besar. menjadikan Dompu sebagai kabupaten literasi pertama di NTB, bahkan di Indonesia Timur. Ini bukan mimpi kosong, tapi rencana yang disusun dengan data, strategi, dan semangat gotong royong.


Menyingkap Akar Permasalahan Buta Aksara


Dari evaluasi awal, tim menyimpulkan bahwa banyak kasus buta aksara terjadi karena tidak adanya proses seleksi kemampuan dasar saat penerimaan siswa. Jalur zonasi yang tidak mempertimbangkan kemampuan membaca membuat banyak siswa masuk SMP dalam kondisi belum mampu membaca lancar.


"Ini bukan kesalahan anak. Tapi sistem yang membiarkan mereka terus tertinggal tanpa penanganan khusus," jelas salah satu anggota tim psikolog.


Untuk itu, tim juga mendorong adanya kebijakan afirmatif dan asesmen literasi sejak dini, agar sistem pendidikan lebih responsif terhadap kebutuhan dasar anak.


Harapan Baru untuk Generasi Emas Dompu


Bagi PT Tiga Pilar Dompu, literasi bukan hanya soal bisa membaca dan menulis. Lebih dari itu, ini adalah gerbang menuju masa depan yang cerah, tempat di mana anak-anak Dompu mampu berpikir kritis, kreatif, dan percaya diri menghadapi dunia.


"Inilah bentuk cinta kami kepada tanah kelahiran. Kami ingin melihat anak-anak Dompu menjadi pemimpin masa depan, bukan penonton," tutup Bang Akbar dengan mata berkaca-kaca.


Penutup. Pendidikan Adalah Tanggung Jawab Bersama


Kisah PT Tiga Pilar Dompu ini adalah pengingat bahwa membangun pendidikan tidak bisa diserahkan kepada pemerintah semata. Dunia usaha, masyarakat, dan individu bisa dan harus menjadi bagian dari solusi.


Kini, bola sudah bergulir. Gerakan literasi ini telah memicu harapan baru di tengah tantangan yang ada. Dompu tidak kekurangan semangat. Yang dibutuhkan hanyalah keberanian untuk peduli dan bertindak. Dan PT Tiga Pilar Dompu telah membuktikan bahwa segalanya mungkin, ketika niat baik bertemu aksi nyata.(DT - Jun).


Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)