Dompu, Dorobatanews.net ~ Di tengah tantangan pendidikan abad ke-21 yang kian kompleks dan beragam, Kabupaten Dompu mengirimkan sinyal harapan yang kuat kepada Indonesia. Sebuah gerakan akar rumput yang diinisiasi oleh sektor swasta kini tengah berkembang menjadi gerakan sosial yang mampu menggugah berbagai lapisan masyarakat, dari komunitas, dunia usaha, hingga pemerintah daerah.
Adalah PT. Tiga Pilar Dompu, sebuah perusahaan lokal yang dipimpin oleh sosok muda visioner, Khaerul Akbar, atau akrab disapa Bang Akbar, yang kini menjadi pelopor dalam upaya memberantas buta aksara di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) se-Kabupaten Dompu. Mengusung semangat "Bangkitkan Literasi Dompu!", gerakan ini berhasil menarik perhatian dan dukungan penuh dari Bupati Dompu, Bambang Firdaus, SE., yang menyatakan komitmen Pemerintah Daerah untuk mendorong kemajuan Dompu melalui penguatan sektor pendidikan tingkat pertama.
Bukan Sekadar Program, Tapi Sebuah Misi Kemanusiaan
Berbeda dengan pendekatan konvensional yang menanti kucuran dana atau kebijakan dari atas, program literasi ini hadir dengan semangat kemandirian dan keberanian. Bahkan, tidak sedikit dana operasional kegiatan ini berasal dari kantong pribadi direktur perusahaan itu sendiri, menjadi bukti bahwa kepedulian tidak harus menunggu anggaran negara.
"Gerakan hati. Ini bentuk tanggung jawab sosial dan spiritual kami terhadap masa depan anak-anak Dompu. Tidak ada alasan di era digital ini anak-anak kita masih buta aksara," tegas Bang Akbar dalam wawancara eksklusif.
Bersama komunitas pendidikan Golden Generation, PT. Tiga Pilar Dompu tidak hanya mendistribusikan alat tulis, buku, dan perangkat teknologi, tetapi juga hadir dengan pendekatan yang menyentuh sisi psikologis, sosial, dan emosional siswa. Mereka membangun literasi bukan hanya dari ruang kelas, tetapi dari hati dan kepercayaan diri siswa itu sendiri.
Fakta Mencengangkan di Lapangan "Saya Lihat Sendiri Anak SMP Belum Bisa Baca"
Gerakan ini bermula dari keprihatinan sederhana. Bang Akbar sering melihat unggahan di media sosial tentang rendahnya minat baca dan kemampuan literasi anak-anak. Namun, alih-alih hanya menyebarkan keprihatinan, ia memilih turun langsung ke lapangan.
Hasilnya mengejutkan.
"Ada anak-anak SMP yang belum bisa membaca. Bahkan ada yang belum mengenal huruf sama sekali. Ini bukan cuma di desa terpencil, tapi juga di sekolah-sekolah yang letaknya di pusat kota," ungkapnya dengan nada getir.
Realita ini membuat PT. Tiga Pilar Dompu menyadari bahwa buta aksara bukan sekadar persoalan akses atau kemiskinan, tapi lebih kepada ketimpangan sistemik dan kurangnya pendekatan edukatif yang tepat.
Lahirnya "Pailit Project" Menyelamatkan Anak dari Pailit Literasi
Melihat urgensi tersebut, PT. Tiga Pilar Dompu meluncurkan program khusus bertajuk "Pailit Project" nama yang mencerminkan kondisi "pailit"nya semangat membaca dan kemampuan literasi anak-anak Dompu. Namun di balik nama yang provokatif itu, tersembunyi niat mulia untuk membangkitkan kembali kemampuan dasar yang selama ini terabaikan.
Program ini melibatkan tim multidisiplin. psikolog, relawan pendidikan, sosiolog, aktivis literasi, dan pendamping keluarga. Pendekatannya tidak langsung mengajarkan membaca, tapi memulihkan kepercayaan diri dan membangun pola pikir positif pada anak-anak.
Dalam satu minggu pertama, kegiatan dilakukan melalui video edukatif, diskusi terbuka, konseling pribadi, serta permainan edukatif, agar anak-anak tidak merasa seperti "murid yang tertinggal", tetapi sebagai pejuang yang dihargai.
Kunjungan Rumah. Literasi Dimulai dari Lingkungan Keluarga
Program ini juga dikenal dengan pendekatan home visit, di mana relawan datang langsung ke rumah siswa untuk berdialog dengan orang tua. Bukan hanya untuk mengajar, tapi juga mengajak keluarga memahami peran penting mereka dalam membentuk anak-anak yang cerdas dan percaya diri.
"Kadang kami harus menyadarkan orang tuanya dulu. Banyak yang tidak sadar kalau anaknya belum bisa baca. Bukan karena lalai, tapi karena mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan," ujar salah satu relawan Golden Generation.
Kegiatan ini tidak hanya menyentuh sisi edukasi, tapi juga menghormati budaya lokal, mempererat hubungan sosial, dan memberdayakan keluarga sebagai pilar utama pendidikan.
Dukungan dari Bupati Dompu: Pendidikan adalah Akar Kemajuan
Gerakan ini tidak berjalan sendiri. Bupati Dompu, Bambang Firdaus, SE., menyatakan dukungannya secara terbuka terhadap gerakan literasi ini. Dalam kunjungannya ke salah satu sekolah percontohan program, ia mengapresiasi upaya PT. Tiga Pilar Dompu sebagai contoh sinergi positif antara dunia usaha dan pendidikan.
"Kami sebagai pemerintah tentu sangat mendukung gerakan ini. Pendidikan adalah akar dari semua kemajuan. Kami ingin seluruh elemen, termasuk sektor swasta, ikut mengambil bagian dalam pembangunan manusia di Dompu," tegas Bupati Bambang.
Langkah Menuju Kabupaten Literasi Pertama di NTB
PT. Tiga Pilar Dompu dan Golden Generation kini tengah mempersiapkan ekspansi tahap kedua dari program ini yang akan menjangkau seluruh SMP di Kabupaten Dompu, dimulai dari Kecamatan Dompu, kemudian menyebar ke seluruh wilayah.
Misi mereka sederhana namun revolusioner: menjadikan Dompu sebagai Kabupaten Literasi pertama di NTB, bahkan Indonesia Timur.
Rekomendasi Kebijakan. Seleksi Literasi dan Asesmen Dini
Dari hasil temuan lapangan, tim menyimpulkan bahwa banyak anak masuk ke SMP tanpa kemampuan dasar membaca, akibat sistem zonasi dan kurangnya asesmen awal. Untuk itu, mereka mendorong lahirnya kebijakan baru. asesmen literasi dasar sejak SD, pelatihan guru remedial, dan penguatan peran orang tua dalam pendidikan.
Akhir Kata. Semua Bisa Ikut Terlibat
Kisah PT. Tiga Pilar Dompu adalah pengingat bahwa perubahan besar tidak selalu dimulai dari atas, melainkan dari niat baik, keberanian, dan aksi nyata. Gerakan literasi ini telah membuka mata kita semua: bahwa ketika dunia usaha, komunitas, dan pemerintah berjalan bersama, bukan hanya buta aksara yang bisa diberantas tapi juga harapan baru bisa ditanamkan.
"Kami ingin anak-anak Dompu bukan hanya bisa baca dan tulis, tapi juga berpikir, bermimpi, dan berani mewujudkan cita-cita. Karena Dompu tidak kekurangan semangat, hanya perlu lebih banyak yang peduli dan bergerak bersama". tutup Bang Akbar dengan senyum optimis. (DT - Jun).

Posting Komentar
0Komentar